Kebenaran Bisa Disalahkan Tak Bisa Dikalahkan

Filosofi Caleg Golkar Dariyanto Yang Kini Berhasil Duduk di DPRD Kota Bekasi.


"At first the truth can be blamed, but in the end the truth can't be defeated"

bekasi-online.com, Kamis, 15 Mei 2014, 12:40 WIB, DikRizal

Dariyanto Lim, S.Kom, Caleg Golkar DPRD Kota Bekasi, Dapil Bekasi Timur. (Foto: DikRizal)

DURENJAYA, bksOL -- Berbincang dengan Dariyanto S.Kom, caleg Golkar nomor urut 3 dari dapil 1 kecamatan Bekasi Timur yang kini telah ditetapkan duduk di DPRD Kota Bekasi periode 2014 - 2019 mendatang pd tanggal 13 Mei 2014 lalu ini, memang begitu mengasyikkan.


Lelaki kelahiran 03 Mei 1975 ini tampak sekali mempunyai pemahaman dan ilmu yang luas serta berpikir modern, mungkin karena latar belakang pendidikan sarjana komputer yang dimilikinya, sehingga siapa sangka dia mempunyai sebuah filosofi hidup yang jadi modalnya berinteraksi dengan sesama.

Dariyanto & DikRizal di Sekolah Global Persada Mandiri

Sebagai putra daerah asli, karena semenjak kakeknya tinggal di Bekasi (sebelum terpisah dari kabupaten dan jadi kota seperti sekarang ini), Dariyanto dikenal pandai bergaul dan suka aktif di banyak kegiatan sosial. Pengalaman kerjanya menjadi petinggi di sekolah swasta paling populer di Bekasi Timur, Sekolah Ananda dimana dia berhasil duduk menjadi Wakil Kepala Sekolah, menjadi bekalnya untuk mendirikan sendiri sekolah milik keluarganya sendiri dan kini memasuki tahun ke-3 yang lokasinya tak jauh dari Sekolah Ananda.

Ada satu hal yang sangat menggelitik pemikiran saya dan itu benar adanya, yakni pemikiran filosofis Dariyanto. Dari pemikirannya inilah Dariyanto mampu membuktikan bahwa apa yang dipercayainya selama ini merupakan hasil dari landasan berpikir yang tak salah arah.

Lelaki beristrikan dr. Libriyanti ini mengatakan, "Kebenaran itu pada awalnya bisa disalahkan, namun pada akhirnya kebenaran itu tidak bisa dikalahkan." Sungguh hal terindah yang bisa diucapkan oleh seorang lelaki murah senyum dan ramah kepada semua orang ini.

Filosofi inilah yang menjadi dasarnya untuk terjun ke dunia politik. Apalagi lelaki yang baru pertama kali terjun ke dunia parlemen ini beranggapan, "Politik itu sebenarnya toleransi. Jadi ketika satu hal didiskusikan dalam ranah politik, maka toleransi menjadi teramat penting, bukannya egoisme dan merasa bahwa kebenaran adalah milik diri atau kelompoknya semata," bebernya berfilosofi kembali.

Baginya, dalam politik sebenarnya kita menggabungkan beberapa sudut pandang yang pada dasarnya sangat tergantung dengan ilmu, wawasan dan pengalaman hidup orang yang sedang berpolitik.

Jadi jika kita punya pendapat yang menurut kita baik dan benar, belum tentu orang lain berpendapat sama apalagi langsung menyetujui. Nah dari perbedaan sudut pandang inilah dilakukan diplomasi politik yang di antaranya termasuk rasa toleransi mau mendengarkan kebutuhan dan kepentingan orang lain dan kita bermusyawarah untuk mendapatkan jalan tengah yang saling menguntungkan semua pihak. Meski pada akhirnya terkadang voting lah yang dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan.

Dariyanto sangat prihatin dengan keadaan seperti itu terjadi di parlemen, dimana voting sebagai salah satu alat pengambil keputusan, padahal dia tahu persis bahwa kebenaran tidak bisa ditentukan oleh banyaknya suara yang mendukung.

Pada akhirnya jika terjadi kesalahan dalam dunia politik ketika mengambil keputusan, maka itulah pelajaran berharga yang mahal harganya dari sebuah keputusan yang salah. Namun jika ternyata itu jadi sebuah kebijakan publik yang benar dan baik, tentunya karena hasil kesepakatan bersama, meskipun voting yang jadi pertimbangan kebijakan. Sekali lagi Dariyanto menegaskan, "Kebenaran memang pada awalnya bisa disalahkan, namun pada akhirnya kebenaran tidak bisa dikalahkan."

Mengambil kesimpulan dari pernyataan sang caleg muda, sudah bisa dipastikan bahwa kebenaran jadi bersifat absolut jika datangnya dari Tuhan. Di lain sisi kebenaran dalam sudut pandang manusia menjadi bersifat relatif.

Itulah sebabnya lelaki berpenampilan gagah namun mudah membaur dengan masyarakat, punya pendapat sendiri terhadap kebanyakan orang yang menganggap dirinya benar, "Apakah mereka tidak sadar bahwa jika menganggap dirinya selalu benar dan mengklaim orang lain salah, itu kan sama saja mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan?" tanyanya retoris.

Lelaki beragama Buddha ini pun menjelaskan sedikit banyaknya tentang siapakah sosok Siddharta Buddha Gautama dalam keyakinannya, yang baginya Siddharta Buddha adalah seseorang yang telah berhasil mencapai nilai esensi kebenaran sejati sehingga bisa mencapai nirwana.

Dan penulispun sebagai muslim membenarkannya, bahwa Siddharta Buddha Gautama dalam Islam termasuk salah satu nabi yang dimuliakan Allah mendapatkan keselamatan dan salah satu penghuni surga, yakni Nabi Dzulkifli alaihissalam (a.s.).

Pada lain kesempatan penulis akan membahas siapakah Siddharta Buddha Gautama dalam sudut pandang Islam di link berikut, Siddharta Gautama adalah Nabi Dzulkifli a.s.

Demikian hasil wawancara yang menyenangkan dan penuh inspirasi dengan sang caleg muda yang tidak saja mewakili satu kelompok etnis tertentu di dapil 1 Kecamatan Bekasi Timur dan empat kelurahan saja, tapi juga seluruh warga yang tinggal di Kota Bekasi pada umumnya, seperti yang jadi tekadnya menjadi anggota DPRD Kota Bekasi yang membela kepentingan publik. [■]

Reportase: SidikRizal, Editor: NurMuhammad

SidikRizal - Pengamat sosial tapi juga membutuhkan bantuan sosial dari pemerintah. Hmmmm!

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama