Alih-alih Wawancara Caca, Malah Dipertemukan dengan Yuddy Chrisnandi

Fariza Irawadi, Caleg DPR RI
Belum apa-apa saya sudah dibikin bingung oleh caleg HANURA satu ini. Dia adalah Caca, alias M.Fariza Y. Irawadi, SE, MM.

Hanya dengan sekali telepon dan atas rekomendasi seorang rekan saya yang juga kader partai dan sekretaris DPC Partai Hati Nurani Rakyat Kota Bekasi, Syaherallayali, SE. mendadak saya jadi terlibat lebih jauh berhubungan dengan Bappilu DPP Partai Hanura, dan langsung diarahkan untuk bertemu dengan salah satu ketua DPP, Yuddy Chrisnandi. Semuanya membuat saya kaget tak terduga sama sekali.

Yuddy Chrisnandi, Ketua DPP Partai Hanura
Bagaimana tidak saya dibuatnya terkaget-kaget, tanpa persiapan sebuah proposal untuk bertemu dengan Ketua DPP sekelas Yuddy Chrisnandi. Saya diatur sedemikian rupa bertemu dengannya untuk membicarakan kampanye secara online alih-alih dari janjian bertemu dan wawancara saya dengan calon wakil rakyat (cawara) DPR RI partai Hanura bernomor 2, Fariza Irawadi.

Rasa kesal ingin mengumpat karena pada akhirnya, tanpa rencana, Fariza Irawadi, yang akrab disapa dengan panggilan Bang Caca ini, menerima telepon saya dan mengabarkan bahwa dia akan bertolak ke Semarang karena satu dan lain hal, sehingga tak bisa bertemu saya di kantornya Jl. Kota Bumi yang tak jauh dari DPP Partai Hanura.

Avatar (gambar kartun) Farizal Irawadi - Hidup Postif Bermakna Untuk Seama
Meskipun kesal, namun siapa sangka, Bang Caca, mau memberikan akses kepada saya hingga saya bisa punya kontak dengan Yuddy Chrisnandi dan inilah langkah awal saya bisa masuk mengetahui lebih jauh seperti apa kinerja para kader di tingkat pusat demi memperjuangkan kampanye partainya agar bisa menang dalam perolehan suara legislatif sesuai target.

Dan tanpa saya duga sama sekali, di kantor DPP saya pun bertemu dengan seorang teman satu SMP dan satu SMA di jakarta, yang saya tahu persis dia adalah kader partai Hanura semenjak beberapa tahun yang lalu. Satu kebetulan yang menyenangkan sekaligus pertanda dari Allah tentang partai ini buat saya secara pribadi.

Banner Petinggi DPP Hanura di kantor pusat Jakarta
Jadi meskipun gagal bertemu bang Caca, caleg yang berperawakan gemuk seperti yang saya lihat di akun fesbuk dan foto spanduknya di beberapa daerah di Kota Bekasi, saya tetap harus mengucapkan terima kasih kepadanya. Karena asbab rekomendasi dan komunikasinyalah saya bisa punya kesempatan untuk membuka akses dengan pengurus DPP Partai Hanura. Satu peluang namun saya tak tahu apa yang harus saya perbuat sama sekali, jika nanti saya bertemu dengan yang bersangkutan.

Yuddy Chrisnandi, salah satu tokoh penting dari partai Golkar ini, adalah seorang doktor di bidang ilmu politik lulusan Universitas Indonesia tahun 2004 yang akhirnya pindah ke partai Hanura.

Entah mengapa kepindahannya ke partai Hanura, tapi sekarang bukan itu yang saya ingin ketahui darinya. Justru saya bertemu dengannya atas rekomendasi salah satu cawara DPR RI yang ternyata di belakang hari saya tahu adalah salah satu teman dekatnya. Saat itu yang paling penting bagi saya adalah saya harus tahu apa sebenarnya kebutuhan DPP Partai Hanura sehingga mau meluangkan waktunya bertemu dengan saya.

Situasi dan kondisi kelihatannya memang tidak memungkinkan, namun karena faktor keberuntungan dan rezeki dari Allah semata, saya terkondisikan bisa bertatap muka dan bincang dengan Yuddy Chrisnandi, meski mungkin cuma beberapa belas menit.

Setelah ngobrol ngalor ngidul dengan sahabat dan teman sekolah saya dari SMP dan SMA yang tadi saya telah sebutkan sambil menunggu datangnya Yuddy Chrisnandi, lelaki yang sempat "dalam masa galau bertanya-tanya" saat jadi Ketua Bappilu Partai Hanura karena pernah "sesaat" posisinya digantikan oleh Hari Tanoe ini, kini kembali beraktivitas penuh menjadi salah satu orang penting di Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Hanura. Itu sementara waktu yang saya tahu. Semenjak Harry Tanoe jadi cawapres berpasangan dengan Wiranto, maka otomatis (menurut perkiraan saya) Yuddy Chrisnandi kembali menjabat jadi Ketua Bappilu Hanura.

Banner Unik dan Lucu dari DPC Hanura Kota Makassar di kantor DPP Partai Hanura Jakarta
Partai HANURA dan tokoh sepakboal dunia bernomor 10
Hal inilah yang pada saat pertemuan langsung dengannya tidak terpikirkan dan entah apa yang akan saya sampaikan. Pada intinya saya memang sedikit grogi, tapi berusaha keras saya sembunyikan.

Alhasil begitu dia duduk di sofa menerima saya dan menyediakan waktunya untuk mendengarkan saya bicara, saya cuma bercerita tentang siapa diri saya. Saya cepat tersadar saat membaca bahasa tubuhnya, dengan cara menguap sesekali di saat saya berbual "tentang siapa saya". (Upss, untung saya tidak kelewatan, cuma sebentar saja narsisnya).

Giliran dia bertanya, "Buat apa caleg membuat website?" pertanyaan yang saya sebenarnya bisa saya jawab langsung, namun Yuddy justru mencecar saya lagi, "Misalnya saya (caleg DPR RI) yang datang dari dapil kabupaten Cirebon, kan tidak semua warga kabupaten itu punya handphone canggih ada internetnya?"

Saya tak membantahnya, Yuddy pun melanjutkan, "Kebanyakan dari mereka hanya mempunyai handphone yang paling canggih hanya bisa sms-an saja," ujarnya dengan maksud bahwa para konstituennya menggunakan HP (telepon selular) mereka selain untuk menerima panggilan dan menelepon. Saya memang agak bingung awalnya mau menjelaskan, namun karena bahasa tubuh Yuddy dengan menguap, sudah seperti meruntuhkan semua rencana "sales effort" yang sudah saya persiapkan di kepala saya.

Yuddy sepertinya membaca kebingungan saya, tapi saya tak mau kalah dengan sang doktor politik ini, saya sampaikan saja tentang manfaat website bagi para caleg dan juga tentunya para kader Hanura di tingkat paling bawah yakni akar rumput. Cuma karena saya sedang berusaha "hard selling" untuk menjual jasa keahlian saya kepada tokoh Bappilu Hanura ini, semua kalimat seperti tak terkonsep dan saya yakin tak ada satupun yang bisa dicernanya. Masya Allah, saya mau mengumpat saja rasanya karena bercampur malu dan kesal.

Untung saja, Yuddy mengeluarkan kalimat yang saya tunggu-tunggu, "Mana kartu nama Anda, mas siapa tadi?" Aduuuh, sepertinya memang saya yang terlupa menyebutkan namanya atau itu gaya bahasa Yuddy membuat saya tambah grogi. Tapi segera saya keluarkan kartu nama beberapa lembar sesuai dengan permintaannya. Saya lihat di dalam ruangan Yuddy ada sekitar 5 orang sedang menatap satu monitor laptop dan di antaranya ada Emil Abeng yang saya kenal karena dia sudah jadi teman di akun fesbuk saya, entahlah apa dia tahu saya atau tidak.

Yang jelas kesemua kader itu sedang membuat desain seperti kartu Asuransi, saya menduga pasti ini salah satu strategi yang diberikan oleh Harry Tanoe, berupa Asuransi MNC bagi semua kader maupun para pendukung partai Hanura di seluruh Indonesia.

Saya Hanya bisa menunggu mereka berbincang diskusikan pembuatan desain KTA Asuransi, saya sedang berfikir dan menunggu kalimat sakti dari Yuddy untuk meminta saya sebuah "proposal proyek" yang memang seharusnya sudah saya bawa. Tapi saya tidak mau terburu-buru, meskipun sudah saya bawa, tapi PASTI tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam program kerja pak Doktor politik ini. Saya yakin itu.

"Ya sudah, Anda sudah tahu kantor ini," katanya dan inilah yang saya harapkan, dia menambahkan bahwa dia menunggu proposal yang bisa dibacanya, karena ini menyangkut kesamaan program yang saya tawarkan dengan strategi pemenangan pemilu milik Hanura. Saya menyanggupi dan tersenyum lega.

Saya sudah tak peduli lagi kesibukan tim kerja Yuddy yang terlalu asyik "mengerubuti" laptop membahas desain kartu asuransi MNC itu atau entahlah sepertinya saya ragu mereka sedang membahas itu. Itu tidak penting buat saya, yang paling penting adalah apa yang besok saya persiapkan untuk membuat program kampanye total secara online yang bertujuan "bisa" memenangkan pemilu bagi partai Hanura dengan cara seefisien serta seefektif mungkin, dan tentunya ini akan menjadi keputusan Wiranto serta Harry Tanoe pada akhirnya.

Sidikrizal - penulis dan peneliti kampanye online di kandidat-kandidat.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama