Konsep Kampanye "Tut Wuri Handayani"

Hj. Aselina Endang Trihastuti : "Saya Enggan Membayar Saksi Karena Biayanya Mahal"

Mending saya menyumbang pembangunan masjid dan mewaqafkannya, karena pahalanya yang PASTI bisa saya terima tanpa henti sekalipun saya sudah mati...

Hj. Aselina Endang Trihastuti, MBA, caleg DPR Ri, PPP No.3 Jabar VI
Hj. Aselina Endang Trihastuti, MBA, caleg DPR Ri, PPP No.3 Jabar VI
Memperhatikan daftar calon legislatif (caleg) DPR RI yang ada di wilayah daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat (Jabar) VI, maka kita bisa menghitung ada 71 caleg di 12 partai yang berebut 6 kursi.

Dari Pemilu 2009 kini ada 6 anggota DPR yang berhasil duduk di dewan dengan pemetaan kursi sebagai berikut: [1]. Partai Gerakan Indonesia Raya (No.1) Ir. Nuroji, [2]. Partai Keadilan Sejahtera (No.1) Mahfudz Abdurrahman, [3]. Partai Golongan Karya (No.1) Drs. H. Zulkarnaen Abdul Djabar, [4]. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (No.2) Sukur Nababan, ST, [5]. Partai Demokrat (No.1) Drs. Parlindungan Hutabarat, [6]. Partai Demokrat (No.3) H. Harry Witjaksono S.

Mempelajari DCT 2014 dan para anggota dewan yang telah duduk di DPR, maka hanya Drs.H.Zulkarnain Abdul Djabar saja yang tidak lagi masuk dalam pertarungan pemilu mendatang, posisinya digantikan oleh caleg Golkar No.1 lainnya, MQ. Iswara.

Jadi bagi caleg DPR RI partai lainnya yang berada di dapil Jabar VI dan pernah bertarung di Pemilu 2009 akan menghadapi 5 orang incumbent (inkamben). Apabila peta politik perolehan suara dari tahun 2009 lalu tak bergeser banyak, maka dapat dipastikan para caleg hanya berebut 1 kursi sisa Golkar yang tidak mencalonkan inkamben.

Kandidat-kandidat.com mewawancarai Hj. Aselina Endang Trihastuti, caleg DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) No.3 pada Jum'at 24/01/14 lalu di kediamannya untuk dapil ini. Bagi ibu Tuti, demikian dia akrab dipanggil, tugasnya sebagai caleg PPP dan bersosialisasi langsung ke warga sekitar di dapilnya merupakan hal yang pertama kali dan sangat menantang dirinya sebagai praktisi bidang hubungan masyarakat (humas).

"Dalam dunia kehumasan, saya telah banyak menangani produk-produk besar dari klien saya, sehingga saya sedikit banyaknya mengerti bagaimana memasarkan sebuah produk kepada publik melalui dunia media," ungkap caleg yang peduli wanita dan anak ini.

Namun perbedaan yang mendasar dari dunia bisnis kehumasan (Public Relation) dengan kampanye politik pencalegan ini adalah pada produk yang dipasarkannya, demikian penjelasan jubir Milis Dokter ini.

"Jadi bagaimana saya menjual diri saya kepada publik melalui beragam cara dan media, nyaris serupa dengan yang biasa saya lakukan untuk tujuan komersil. Tapi kali ini saya justru mengeluarkan biaya, bukannya mendapat bayaran dari klien," paparnya di kediamannya, Komplek AURI Jatiwaringin.

Banyak analis politik menilai bahwa pada pemilihan tahun 2014 ini, rakyat sudah mulai merubah paradigma mereka terhadap para calon wakil rakyat (cawara) yang akan mereka pilih. Kecenderungan konstituen untuk memberikan suaranya hanya kepada caleg yang mereka kenal secara langsung kalau perlu yang bisa bertatap muka.

Hj.Tuti menyadari perubahan tersebut sebagai faktor penting berhasilnya sebuah kampanye bagi para caleg yang harus bisa berinteraksi langsung dengan publik dalam hal ini konstituennya, dan itulah alasan yang mendorongnya untuk membuat sebuah buku tentang bagaimana melakukan PR dalam sosialisasi dan kampanye caleg, yang kini sedang disusunnya. Entah apa yang mendorongnya membuka rahasia dan berbagi cara kampanye efektif bagi para caleg, bahkan jika memungkinkan buku itu sudah bisa diterbitkan sebelum 9 April 2014 mendatang.

Penulis menganggap hal ini agak terlambat, tapi mungkin jauh lebih akurat jika bisa diterbitkan setelah pemilu dan mengetahui apakah Hj. Aselina Endang Trihastuti jadi terpilih atau tidak. Karena penulisan sebuah buku yang berdasarkan track record (rekam jejak) pengalaman dan fakta baik itu sukses maupun gagalnya, jauh lebih diminati calon pembacanya, bukan? Kecuali buku itu berisi sebuah prediksi akurat perkiraan seorang pakar dan praktisi dunia kehumasan atas pemilu mendatang dimana dia tidak sedang mencalegkan diri.

Jika kampanye iklan ATL (above the line) atau pemasangan iklan dengan media berbayar seperti TV dan radio, billboard ataupun media cetak seperti koran dan tabloid ataupun majalah bisa meningkatkan popularitas caleg, maka apakah hal ini juga bisa mendongkrak "elektabilitas" seorang caleg?

Caleg PPP berjilbab dan masih tampil cantik di usianya yang ke 60 tahun ini tidak menafikan peran kampanye atas garis (ATL), namun komposisinya jika dibandingkan dengan sosialisasi atau kampanye bawah garis (BTL = Below The Line) akan berbentuk seperti piramida terbalik.

"Biasanya dalam kampanye total sebuah produk yang dilakukan oleh perusahaan besar, adalah mengalokasikan porsi kampanye ATL jauh lebih besar dibandingkan dengan kampanye BTL, layaknya seperti bentuk piramida dalam hal pembiayaan", beber Tuti membagi kiatnya tanpa ragu.

Sedangkan kampanye politik para caleg sebaiknya difokuskan pada kampanye BTL, dimana sosialisasi tatap muka dengan alat peraga tanpa perantara media jauh akan lebih efektif dampaknya dibandingkan hanya dengan pasang billboard, iklan di TV atau radio maupun media cetak.

Interaksi langsung secara tatap muka disertai alat peraga seperti, kartu nama, kalender mini ataupun atribut sosialisasi caleg seperti asesoris bergambar dan tulisan sang caleg, bisa jadi pilihan tepat yang mendukung masa sosialisasi.

Atribut seperti gantungan kunci, kalender mini, kartu nama, mini banner, kaos ataupun seragam pendukung buat para relawan, termasuk alat bantu sosial seperti perahu karet, tenda bantuan untuk posko banjir dan juga ambulance gratis, bisa dikategorikan BTL. Hal ini termasuk media sosial seperti facebook, twitter dan pembuatan website interaktif.

Hal ini pun dianggap sangat baik sebagai media kampanye sang caleg yang bersifat langsung terasa manfaatnya bagi para konstituen, dan tentunya sepanjang hal ini tidak dikategorikan sebagai cara kampanye yang dilarang oleh Undang-Undang tentang Pemilu. Hj. Tuti menunjuk contoh seperti yang dilakukan oleh sesama kader dan caleg PPP dari DPRD Kota Bekasi, yakni Agus Winanto bernomor urut 2 dapil V, Kecamatan Bekasi Selatan dan Jatiasih.

"Apa yang dilakukan oleh Agus Winanto adalah sebuah tindakan positif yang bisa diterima oleh masyarakat di lingkungannya," ujar Hj. Tuti yang meraih gelar S2nya di Universita Labora ini tentang caleg DPRD Kota Bekasi yang berada di dapil sama dengan dirinya, Agus Winanto.

"Itulah sebabnya saya lebih memperkuat komunikasi dengan warga ibu-ibu pengajian di lingkungan sekitar tempat tinggal saya terlebih dulu," ungkap Hj. Aselina Endang Trihastuti yang juga pernah berhadapan dengan calon pemilih berusia muda dan dia punya kiat unik bagaimana menarik perhatian serta simpati mereka agar mau bergabung dan mendukungnya.

"Bisa jadi mereka akan bertanya kepada orang tua (ibu) mereka, 'Kenapa harus memilih ibu Haji Tuti?'. Nah justru saya akan senang sekali bisa bertemu dengan kaum muda yang seperti ini, karena mereka mungkin belum mengenal saya," kisahnya selalu dengan senyum khasnya.

Dirinya tak segan menawarkan bantuan pada para pemilih pemula dengan pertanyaan, "Bagaimana jika saya bisa berikan sebuah seminar atau training gratis tentang bagaimana sukses mendapatkan pekerjaan pada saat wawancara dan bagaimana memasarkan diri ketika interviu (interview) kerja?" ujarnya menjawab pertanyaan mereka apa yang bisa diberikannya kepada warga dalam pencalegan ini.

Ini adalah pemberian bantuan tanpa mengeluarkan biaya yang besar, hanya berbagi ilmu dan menularkan semangat positif menjadi seorang yang sukses di dunia kerja profesional ataupun bisa juga kewirausahaan.

Pendekatan yang dilakukan caleg PPP yang pernah mendapat penghargaan "The Best Career Women" di tahun 1998 ini menunjukkan betapa banyak cara mengambil perhatian dan hati masyarakat tanpa harus melakukan kampanye yang berbiaya besar, sekaligus memberikan pencerahan secara efektif dan cerdik.

Hubungan yang terbentuk dengan memberikan training maupun pelatihan dan pendidikan pada seminar gratis yang dijanjikan oleh Hj.Tuti ini bisa ditiru banyak caleg lainnya. Namun tak bisa dipungkiri, mungkin tak banyak yang seperti dirinya bisa secara langsung memberikan materi pendidikan dan pelatihan kepada para konstituennya.

Kepiawaian caleg DPR RI dari PPP ini jelas akan jauh lebih bermanfaat pada saat kampanye ini jika bisa dikolaborasikan dengan caleg DPRD Provinsi Jabar VI ataupun dengan para caleg di tingkat DPRD Kota Bekasi dan Kota Depok. Karena interaksi yang bersifat intens serta memberikan pencerahan buat para konstituennya dengan berbagi ilmu, pasti lebih berkesan dan susah untuk dilupakan apalagi dikalahkan dengan cara klasik dan "negatif" seperti pembagian uang maupun sembako yang biasa dilakukan para caleg di masa lalu.

Mungkin cara sosialisasi Hj. Tuti ini tak akan berpengaruh bagi konstituen loyal seperti pada partai kader yang berbasis pemilih muda, PKS maupun Golkar. Namun Hj. Aselina Endang Trihastuti tentunya sudah memperkirakan, di kantong suara mana saja dia bisa dan harus melakukan sosialisasi khusus seperti caranya kini. Kita lihat saja hasilnya nanti.

Bukanlah hal aneh, caleg perempuan yang sudah berhasil mendidik anaknya jadi sarjana dan membawa mereka jadi pengusaha dengan konsep "good parenting" ini memberikan kebebasan bagi kedua anaknya untuk bisa menentukan masa depan, dan dirinya hanya memberikan dorongan dan dukungan yang membantu mereka.

"Tutwuri Handayani, itu kan bisa kita terapkan dalam mendidik anak kita," sergahnya membuat penulis sadar, ternyata selama ini banyak sekali orangtua yang memaksakan kehendaknya terhadap anaknya dalam menentukan pendidikan masa depan mereka.

Layaknya mendidik anak yang baik, maka "mengikuti dari belakang dan memberikan dorongan" bisa dilakukan juga oleh caleg senior dan mumpuni penuh pengalaman seperti dirinya, ketika dia bersosialisasi dengan kaum muda, dengan memberikan motivasi serta dukungan keilmuan praktis yang bisa membangun kepercayaan diri jika mau mengikuti seminar gratis yang ditawarkannya.

Penjelasannya tentang cara efektif bersosialisasi seperti ini sebenarnya adalah cara cerdik ketika Hj.Tuti pernah menolak tawaran dari pihak tertentu yang akan mengerahkan tenaga relawan untuk menjadi saksi dengan bayaran. Jika dihitung secara finansial, membayar tenaga saksi yang akan membantunya di setiap TPS pada dapilnya, setidaknya dia harus mengeluarkan dana hingga ratusan juta bahkan bisa milyaran, jika ada caleg lain yang melakukan hal yang sama bisa dipastikan caleg harus mampu memberikan lebih banyak uang lagi.

"Namun apakah itu bisa menjamin dan memberi kepastian bagi sang caleg untuk bisa menang? Sungguh saya tidak akan mau mendahulukan sesuatu yang uncertain (tidak pasti) seperti itu," kilah caleg yang aktif di beberapa kegiatan sosial ini ketika ada pihak agen pengelola saksi di setiap TPS menawarkan jasanya dengan biaya cukup murah, yakni seratus ribu rupiah per saksi. Banyak hal yang lebih pasti yang harus diselesaikannya saat jelang kampanye dimulai bulan mendatang ini.

Itulah, Hj. Aselina Endang Trihastuti, MBA, wanita caleg dari PPP dengan nomor urut 3 yang akan mementingkan sosialisasi langsung baik sendirian maupun tandem dengan caleg DPRD Provinsi Jabar VI maupun DPRD Kota Bekasi dan Kota Depok, meskipun dia pernah punya pengalaman kurang beruntung dengan seorang tandemnya caleg DPRD.

Sepertinya, pengalamannya bertandem dengan caleg DPRD sedapilnya itu dikarenakan kurangnya komunikasi intens, hal ini bisa dilihat dari segepok kalender mini buatan Hj. Tuti dengan foto dirinya dan caleg DPRD, yang salah cetak dan mubazir tidak bisa digunakan.

Di lain hal caleg DPRD tandemnya itu juga melakukan tandem tandingan dengan caleg DPR RI lainnya tanpa sepengetahuannya. Ini adalah pil pahit obat yang jauh lebih murah dibandingkan bila dia harus mengeluarkan uang ratusan juta untuk membayar para saksi pemilu bukan?

Reporter : SidikRizal, kandidat-kandidat.com
Editor : Nur Muhammad Rizal, webrizal.com

1. No Urut Parpol : 9 (sembilan)
2. Nama Partai Politik : Partai Persatuan Pembangunan
3. Daerah Pemilihan : KOTA BEKASI, KOTA DEPOK
4. No Urut Bakal Calon : 3 (Tiga)
5. No Induk Kependudukan : 3175085104530003
6. Nama Lengkap : Hj. A. Endang Tri Hastuti
7. Tempat / Tgl Lahir / Umur : Semarang, 11 April 1953 / 60 tahun
8. Jenis Kelamin : Perempuan
9. Agama : Islam
10. Status Perkawinan : Kawin
a. Nama Suami :
b. Jumlah Anak : 2 (dua)

11. Alamat Tempat Tinggal :
Jl. Elang Malindo A1/12 Rt 001 / Rw 008
- Desa : Cipinang Melayu
- Kecamatan : Makasar
- Kabupaten : Jakarta Timur
- Provinsi : DKI Jakarta

12. Riwayat Pendidikan:
a. : SMA Negeri 5 Semarang, 1971
b. : Sarjana S2 Sekolah Tinggi Management Labora 1993

13. Kursus/Diklat :  
a. : Marketing Management
b. : Public Relations
c.  : Quality Control Management

14. Riwayat Organisasi :
a. : Perhumas, Jakarta 2000 – sekarang
b. : IPRA, UK, 2004-2011

15. Riwayat pekerjaan :
a. : PT. Kubota Indonesia 1972-1984
b. : PT. Prodenta 1985-1987
c. : PT. Amway Indonesia 1993-1996
d. : PT. Indo Pasifik PR Consultan 1997-2003
e. : PT. Widi Wasa Wisesa 2004 - sekarang

16. Tanda penghargaan :
a. : Best Career Women 1998

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama